Jawab :
a. Etika
bisnis terhadap budaya organisasi adalah sebuah sebuah etika yang berkaitan
dengan sebuah budaya dalam organisasi. Budaya organisasi itu sendiri adalah
sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu
organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah
sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara
etika seseorang dari tingkatan manajer terhadap tingkah laku etis dalam
pengambilan keputusan. Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan
peka terhadap adanya masalah etika dalam profesinya sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, sosial budaya, dan masyarakat dimana dia berada. Budaya perusahaan
memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap perilaku etis. Perusahaan
akan menjadi lebih baik jika mereka membudayakan etika dalam lingkungan
perusahaannya.
b. Hubungan budaya dan etika
Hubungan
budaya dan etika dan kebudayaan itu tidak dapat kisah pisahkan. kedua nya
saling melekat dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Karena ketika
suatu komunitas itu menciptakan batasan dan aturan-aturan dalam etika tentu lah
berdasarkan dari kebiasaan dan juga hukum yang berlaku di tempat tersebut.
Karena terkadang suatu etika itu tidak lah berlaku sepanjang masa, tekadang terjadi
pelapukan dan pemudaran nilai-nilai etika.
Etika pada dasarnya adalah standar atau
moral yang menyangkut benar-salah, baik-buruk. Dalam kerangka konsep etika
bisnis terdapat pengertian tentang etika perusahaan, etika kerja, dan etika
perorangan, yang menyangkut hubungan-hubungan sosial antara perusahaan,
karyawan dan lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dan
karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya (misalnya dengan perusahaan
lain atau masyarakat setempat), etika kerja terkait antara perusahaan dengan
karyawannya, dan etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan.
c. Kendala dalam mewujudkan kinerja bisnis yang etis :
1. Faktor budaya
masyarakat yang cenderung memandang pekerjaan bisnis sebagai profesi yang penuh
dengan tipu muslihat dan keserakahan serta bekerja mencari untung. Bisnis
merupakan pekerjaan yang kotor. Pandangan tersebut memperlihatkan bahwa
masyarakat kita memiliki persepsi yang keliru tentang profesi bisnis.
2. Standar moral para pelaku
bisnis pada umumnya masih lemah.
Banyak di antara pelaku
bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala cara
untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan
campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi
laporan keuangan.
3. Banyak perusahaan yang
mengalami konflik kepentingan.
Konflik kepentingan ini
muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau
antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau
konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang
dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan
perusahaan dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar
moralnya bisa jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan
peraturan.
4. Situasi politik dan ekonomi
yang belum stabil.
Hal ini diperkeruh oleh
banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu
sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi
pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya.
Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk
memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
Link Jurnal :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar