MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
“Manusia
dan Pandangan Hidup”
Disusun
Oleh :
Nama          : Yoga Murjayanti
NPM : 17216761
Kelas:
1EA22
Universitas
Gunadarma
2016
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala
rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar isi  :
Kata pengantar
.....................................................................................................i
Daftar isi
..............................................................................................................ii
Bab I
A.Pendahuluan
.....................................................................................................1
B.Latar belakang
..................................................................................................2
Bab II 
A.Pembahasan……………….………………………………………..…….…3
Bab III
A.Kesimpulan ...................................................................................................11
B. Daftar Pustaka
……………………….…………………….……………...15
BAB  I
PENDAHULUAN
1.   
Latar
Belakang
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya.
Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketika kekayaan manusia
inilah yang membuat manusia disebut sebagai khalifah di bumi ini. Tuntukan
hidup manusia lebih dari pada tuntutan hidup makhluk lainnya yang membuat
manusia berfikir lebih maju untuk memenuhi kebutuhan atau hajat hidupnya di
dunia, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini maka lahirlah
apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.
Setiap
manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda mengelompokkan
pandangan hidup yang berdeda-beda akan menciptakan paham atau
aliran. Pandangan hidup tidak terlepas dari masalah nilai dalam kehidupan
manusia. Jadi pandangan terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang
dihasilkan oleh akal budi manusia. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan,
bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan.
Oleh karena itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseoranglah
yang menentukan akhir hidup mereka sendiri. Selain itu pandangan hidup juga
tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai proses dalam
menemukan jati diri atau pandangan hidupnya, Mulai dari masa kanak-kanak hingga
dewasa.
Dalam penemuan pandangan hidup tersebut, tidak lepas juga dengan
pendidikan. Manusia mengetahui tentang hakikat hidup dan sebagainya adalah
berasal dari pendidikan.Oleh karena itu jika kita membahas tentang pendangan
hidup, tidak boleh lepas dari pendidikan manusia dapat berfikir ledih kedepan
mulai dari kehidupan baik lahir dan batin.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Manusia 
Manusia bila dilihat dari sisi biologis ialah manusia dalam
klasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti
“manusia yang tahu”), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi
otak berkemampuan tinggi. Dan dalam sisi rohani ialah mereka dijelaskan
menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam
hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka
juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dan dalam sisi kebudayaan ialah
mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam
masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan
kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain
serta pertolongan.
Bagi kebanyakan manusia, kerohanian dan agama memainkan peran
utama dalam kehidupan mereka. Sering dalam konteks ini, manusia tersebut
dianggap sebagai “orang manusia” terdiri dari sebuah tubuh, pikiran, dan juga
sebuah roh atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih daripada tubuh itu sendiri
dan bahkan kematian. Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak
ragawi) adalah letak sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan bahwa
otak memiliki pengaruh penting terhadap kesadaran). Keberadaan jiwa manusia tak
dibuktikan ataupun ditegaskan; konsep tersebut disetujui oleh sebagian orang
dan ditolak oleh lainnya. Juga, yang menjadi perdebatan di antara organisasi
agama adalah mengenai benar/tidaknya hewan memiliki jiwa; beberapa percaya
mereka memilikinya, sementara lainnya percaya bahwa jiwa semata-mata hanya
milik manusia, serta ada juga yang percaya akan jiwa kelompok yang diadakan
oleh komunitas hewani dan bukanlah individu. Bagian ini akan merincikan
bagaimana manusia diartikan dalam istilah kerohanian, serta beberapa cara
bagaimana definisi ini dicerminkan melalui ritual dan agama.
B.     Pengertian
Pandangan Hidup
           
Setiap  manusia  mempunyai  pandangan  hidup. 
Pandangan  hidup  itu bersifat  kodrati. Karena  itu ia
menentukan masa  depan  seseorang. Untuk  itu perlu 
dijelaskan  pula apa  arti pandangan hidup.  Pandangan hidup
artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan.
Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan
pengalaman sejarah  menurut  waktu  dan tempat  hidupnya.
           
Dengan  demikian  pandangan  hidup  itu bukanlah 
timbul  seketika  atau  dalam  waktu yang  singkat
saja, melainkan  melalui  proses  waktu yang lama dan 
terus menerus,  sebingga basil  pemikiran  itu dapat
 diuji kenyataannya.Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh
akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia  menerima 
hasil pemikiran  itu sebagai pegangan,  pedoman,  arahan, 
atau petunjuk yang disebut  pandangan  hidup.
           
Pandangan   hidup  banyak  sekali 
macamnya   dan  ragamnya,   akan  tetapi 
pandangan hidup  dapat  diklasifikasikan   berdasarkan
asalnya  yaitu terdiri dari  3 macam  :
(A)  Pandangan hidup yang berasal dari
agama  yaitu  pandangan  hidup yang mutlak kebenarannya
(B) Pandangan  hidup yang berupa ideologi yang
disesuaikan dengan kebudayaan dan nonna yang  terdapat  pada 
negara  tersebut.
(C)  Pandangan  hidup  hasil 
renungan  yaitu pandangan  hidup yang  relatif kebenarannya.
           
Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung
suatu  organisasi,  maka  pandangan  hidup  itu
disebut  ideologi.  Jika  organisasi  itu organisasi
politik,  ideologinya  disebut  ideologi  politik. 
Jika organisasi  itu negara,  ideologinya  disebut
ideologi  negara. Pandangan   hidup  pada 
dasarnya  mempunyai   unsur-unsur  yaitu 
cita-cita,  kebajikan, usaha,  keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur
ini merupakan satu rangkaian kesatuan  yang tidak terpisahkan.  Cita
– cita  ialah apa yang diinginkan  yang mungkin  dapat
 dicapai  dengan usaha  atau perjuangan.  Tujuan 
yang  hendak  dicapai  ialah kebajikan,  yaitu 
segala  hal  yang baik yang membuat  manusia makmur, bahagia,
damai, tentram. Usaha atau peIjuangan  adalah kerja keras yang dilandasi
keyakinan/kepercayaan.  Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan
akal, kemampuan  jasmani,  dan kepercayaan  kepada  Tuhan.
Menurut Koentjaraningrat (1980) pandangan hidup adalah nilai-nilai
yang dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh para
individu dan golongan didalam masyarakat. Pandangan hidup terdiri atas
cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Sedangkan menurut Manuel Kaisiepo 1982,
pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia. Tidak ada seorang pun tang
hidup tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup
mencerminkan citra dari seseorang karena pandangan hidup itu mencerminkan
cita-cita atau aspirasinya.
Apa yang dikatakan oleh seseorang adalah pandangan hidup karena
dipengaruhi oleh pola berfikir tertentu. Tetapi, terkadang sulit dikatakan
sesuatu itu pandangan hidup, sebab dapat pula hanya suatuidealisasi belaka yang
mengikuti kebiasaan berfikir yang sedang berlangsung di dalam masyarakat.
Setiap Bangsa, Negara maupun manusia yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui
dengan jelas kearah mana tujuan yang ingin dicapainya sangatmemerlukan
pandangan hidup. Dengan pandangan hidup yang jelas, suatu Bangsa, Negara maupun
manusia akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan
masalah-masalah yang timbul dalam gerak masyarakat yang semakin maju.
Berpedoman pada pandangan hidup itu pula seseorang akan mampu membangun
dirinya.
C.    
CITA-CITA
Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam
pikiran. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup.
Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri dari cita-cita,
kebajikan, dan sikap hidup itu. Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa
berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat
cita-cita, kebijakan dan sikap hidup itu berbeda-beda bergantung kepada
pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.Itulah sebabnya, cita-cita,
kebajikan, dan sikap hidup banyak menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak
hasil seni yang melukiskan cita-cita, kebajikan, dan hidup seseorang. Cita-cita
ini perasaan hati yang merupakan suatu keinginan, kemauan, niat, atau harapan.
Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan
kedinamikan manusia.Ada tiga katagori keadaan hati seseorang, keras, lunak, dan
lemah. Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya
tercapai. Ia tak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala kesulitan yang
dihadapinya. Orang yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-citanya
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Orang yang berhati lemah, mudah
terpengaruhi oleh situasi dan kondisi. Cita-cita, keinginan, harapan, banyak
menimbulkan daya kreatifitas para seniman. Banyak hasil seni seperti: drama,
novel, film, musik, tari, filsafat yang lahir dari kandungan cita-cita,
keinginan, harapan dan tujuan.
           
Menurut   kamus  umum  Bahasa  Indonesia, 
yang  disebut  cita-cita  adalah  keinginan,
harapan,   tujuan  yang  selalu  ada  dalam
 pikiran.  Baik  keinginan,  harapan, 
maupun   tujuan merupakan   apa  yang  mau 
diperoleh  seseorang  pada  masa  mendatang.  
Dengan   demikian cita-cita  merupakan  pandangan 
masa depan, merupakan  pandangan  hidup yang akan datang. Pada 
umumnya   cita-cita  merupakan  semacam  garis 
linier  yang  makin  lama  makin  tinggi, dengan 
perkataan  lain:  cita-cita  merupakan  keinginan, 
harapan,  dan  tujuan  manusia   yang makin 
tinggi  tingkatannya.
Apabila 
cita-cita  itu tidak mungkin  atau belum mungkin 
terpenuhi,  maka  cita-cita  itu disebut angan-angan. 
Disini persyaratan dan kemampuan  tidak/belum  dipenuhi 
sehinga  usaha untuk mewujudkan  cita-cita  itu tidak
mungkin  dilakukan.  Misalnya  seorang anak bercita-cita
ingin  menjadi  dokter,  ia belum  sekolah, tidak
mungkin  berpikir  baik,  sehingga  tidak  punya
kemampuan   berusaha  mencapai  cita-cita. Itu baru
dalam  taraf  angan-angan.
           
Antara masa sekarang   yang merupakan  realita dengan masa yang
akan datang  sebagai ide atau cita-cita  terdapat jarak waktu.
Dapatkah seseorang mencapai  apa yang dicita-citakan, hal itu
bergantung  dari tiga faktor. Pertama, manusianya  yaitu yang
memiliki  cita-cita;  kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai
apa yang dicita-citakan; dan ketiga, seberapa tinggikah cita-cita 
yang  hendak  dicapai.
           
Faktor  manusia  yang mau
mencapai cita-cita ditentukan  oleh kualitas  manusianya. Ada
orang yag tidak berkemauan, Sehingga apa yang dicita-citakan hanya
merupakan  khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa anak-anak muda yang
memang senang berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang dicita-citakan karena
kurang mengukur dengan kemampuannya sendiri. Sebaliknya dengan
anak yang dengan  kemauan keras ingin mencapai apa
yang di cita-citakan, cita-cita merupakan motivasi atau dorongan
dalam menempuh hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita-cita
merupakan suatu perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan
dirinya puas.
           
Faktor kondisi yang mempengaruhi
tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang
menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar
tercapainya suatu cita-cita. Sedangkan faktor yang menghambat merupakan
kondisi  yang  merintangi tercapainya  suatu cita-cita, Misalnya
sebagai Berikut  :
Amir dan Budi adalah
dua anak pandai dalam satu kelas, keduanya bercita-cita menjadi sarjana.
Amir  anak orang  yang cukup kaya, sehingga dalam mencapai
cita-citanya tidak mengalami hambatan. Malahan dapat dikatakan bahwa kondisi
ekonomi orang tuanya merupakan faktor yang menguntungkan  atau
memudahkan  mencapai cita-cita si Amir.Sebaliknya dengan Budi yang orang
tuanya ekonominya lemah, menyebabkan ia tidak mampu mencapai cita-citanya.
Ekonomi orang tua Budi yang lemah merupakan  hambatan bagi  Budi
dalam  mencapai  cita-citanya.
D. KEBAJIKAN
           
Kebajikan  atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan  kebaikan
pada hakekatnya sarna dengan perbuatan  moral, perbuatan  yang sesuai
dengan norma-norma   agama dan etika. Manusia  berbuat 
baik, karena menurut  kodratnya  manusia  itu baik, mahluk 
bermoral. Atas  dorongan  suara hatinya  manusia  cenderung 
berbuat  baik.
           
Manusia adalah seorang  pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan
badan. Kedua unsur  itu terpisah  bila manusia  meninggal. 
Karena merupakan  pribadi,  manusia  mempunyai pendapat 
sendiri,  ia mencintai  diri sendiri, perasaan  sendiri,
cita-cita  sendiri dan sebagainya. Justru  karena  itu,
karena  mementingkan diri sendiri, seringkali manusia  tidak mengenal
kebajikan.
           
Manusia merupakan mahluk sosial: manusia hidup bermasyarakat,manusia saling
membutuhkan, saling menolong,saling menghargai sesama anggota  masyarakat.
Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan,dan
sebagainya.
Manusia sebagai mahluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan
dapat berekembang karena Tuhan. Untuk itu manusia  dilengkapi 
kemampuan  jasmani  dan  rohani juga  fasilitas  alam
sekitarnya  seperti  tanah,  air, tumbuh-tumbuhan dan
sebagainya.
           
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu
manusia sebagai  mahluk  pribadi, manusia  sebagai  anggota
masyarakat,dan manusia sebagai  mahluk Tuhan.
Sebagai mahluk pribadi,
manusia dapat menentukan sendiri apa yang baik dan apa
yang buruk.Baik buruk itu ditentukan oleh suara hati. Suara hati
adalah semacam  bisikan  di dalam  hati  yang  mendesak  
seseorang untuk menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan,tindakan
atau tingkah laku. Jadi suara hati dapat merupakan  hakim untuk diri
sendiri.  Sebab  itu, nilai  suara  hati amat besar 
dan penting  dalam  hidup  manusia.  Misalnya orang 
tahu, bahwa  membunuh  itu buruk, jahat:  suara hatinya 
mengatakan  demikian,  namun manusia  kadang-kadang  
tak mendengarkan   suara hatinya.
Suara hati selalu
memilih  yang baik, sebab itu ia selalu mendesak  orang untuk berbuat
yang  baik  bagi  dirinya.  Oleh  karena  itu,
kalau  seseoraang  berbuat  sesuatu  sesuai  dengan
bisikan suara hatinya, maka orang tersebut perbuatannya pasti baik. Jadi
berbuat atau bertindak menurut  suara hati, maka tindakan  atau
perbuatan  itu adalah baik. Sebaliknya  perbuatan  atau tindakan
berlawanan  dengan suara hati kita, maka perbuatan atau tindakan itu
buruk. Misalnya, suara hati kita mengatakan “tolonglah orang yang menderita
itu”, dan kita berbuat menolongnya, maka  kita membuat 
kebajikan.  Sebaliknya,  apabila hati kita berkata demikian,namun
kita hanya  seolah-olah  tak mendengarkan  suara hati itu,
maka  munafiklah  kita.
           
Karena merupakan anggota masyarakat, maka seseorang juga terikat dengan 
suara masyarakat.    Setiap masyarakat adalah kumpulan
pribadi-pribadi, sehingga setiap suara masyarakat pada hakekatnya  adalah
kumpulan suara hati pribadi-pribadi  dalam masyarakat itu. Sebagaimana
suara hati tiap  pribadi  itu pasti selalu menginginkan yang
baik,maka masyarakat yang terdiri atas pribadi-pribadi  itu pun
pasti  suara hatinya juga menginginkan yang baik, maka masyarakat yang
terdiri atas pribadi-pribadi pasti  suara hatinya juga menginginkan yang
baik untuk kehidupan masyarakatnya. Sebab itu jika benar-benar berdasarkan 
pada suara hati anggota-anggotanya. Suara hati masyarakat pada dasarnya adalah
baik.   Misalnya, warga disuatu  daerah menghendaki kerja bakti
dengan mengadakan pembersihan saluran  air di kampung. Bila kita ikut
beramai-ramai kerja  bakti, berarti  kita mengikuti suara  hati
masyarakat,  kerja bakti itu. Tetapi bila kita tidak mengikutinya berarti
kita tidak mau mengikuti suara hati masyarakat.
           
Sesuatu  yang  baik bagi masyarakat, berarti baik bagi kepentingan
masyarakat. Tetapi dapat  saja terjadi, bahwa sesuatu yang baik bagi
kepentingan umum/masyarakat tidak baik bagi salah seorang   atau
segelintir orang didalamnya atau sebaliknya. Dengan demikian, seseorang harus
tunduk kepada  apa yang  baik bagi masyarakat umum.
Contoh : Budi tidak setuju jalan di depan rumahnya
diperlebar, karena harus memotong bagian depan rumahnya. Tetapi masyarakat
kampung mengusulkan  dan telah disetujui jalan itu harus diperlcbar 
demi keamanan. Akhimya karena desakan seluruh warga, dengan sangat terpaksa
Budi  menyetujuinya.
           
Jadi baik  atau buruk itu dilihat menurut suara hati sendiri. Meskipun
demikian  harus dinilai dan diukur menurut suara atau pendapat umum.
Disini tidak berarti bahwa pendapat umum atau kepentingan umum itu di atas
segala-galanya, sehingga suara hati, pendapat  atau kepentingan 
pribadi-pribadi  diperkosa begitu saja.
Sebagai mahluk
Tuhan,  manusia pun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan
selalu  membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelakkan perbuatan
yang tidak baik. Jadi,untuk mengukur perbuatan baik buruk, harus kita dengar
pula suara Tuhan atau kehendak Tuhan. Kehendak  Tuhan 
berbentuk  hukum  Tuhan  atau hukum  agama.
           
Jadi kebajikan itu adalah perbuatan  yang selaras dengan suara hati kita,
suara hati masyarakat dan  hukum Tuhan. Kebajikan  berarti 
berkata  sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah tamah
terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi  yang 
melihatnya.
           
Baik-buruk,  kebajikan  dan ketidakbijakan  menimbulkan daya
kreatifitas  bagi seniman. Banyak  hasil  seni lahir  dari
imajinasi kebajikan dan ketidakbajikan. Namun ada pula kebajikan semua, yaitu
kejahatan yang berselubung kebajikan. kebajikan semu ini sangat berbahaya,
karena pelakunya orang-orang munafik, yang bermaksud meneari
keuntungan   diri  sendiri.
Kebajikan 
manusia  nyata dan dapat dirasakan  dalarn tingkah 
lakunya.  Karena  tingkah laku bersurnber pada pandangan hidup, maka
setiap orang memiliki tingkah laku sendin-sendiri, sehingga  tingkah 
laku setiap  orang  berbeda-beda.
Faktor-faktor yang
menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor
pembawaan    (heriditas)  yang telah ditentukan pada waktu
seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan  hal yang
diturunkan  atau dipusakai  oleh orang  tua. Tetapi 
mengapa mereka  yang saudara sekandung  tidak memiliki
pembawaan  yang sarna?  Hal itu disebabkan, karena  sel-sel
benih  yang mengandung  faktor-faktor  penentu 
(determinan)  berjumlah  sangat banyak: pada saat  konsepsi 
saling berkombinasi dengan cara bermacam-macam sehingga
menghasilkan   anak  yang  bermacam-macam juga
(prinsip  variasi  dalam  keturunan). Namun mereka yang 
bersaudara  memperlihatkan kecondongan  kearah  rata-rata, 
yaitu  sifat  rata-rata yang dimiliki oleh mereka yang saudara
sekandung  (prinsip regresi filial). Pada masa konsepsi atau 
pembuahan   itulah  terjadi  pembentukan 
temperamen  seseorang.
Faktor 
kedua  yang  menentukan tingkah laku seseorang  adalah 
Iingkungan (environ ment).  Lingkungan   yang 
membentuk  seseorang  merupakan   alam 
kedua    yang  terjadinya setelah  seorang 
anak  lahir  (masa  pembentukan seseorang  waktu 
masih  dalam  kandungan merupakan   alam 
pertama  ). Lingkungan membentuk  jiwa seseorang  
meliputi  lingkungan keluarga,  sekolah, dan masyarakat.  Dalarn
lingkungan  keluarga orang tua maupun  anak -anak yang 
lebih  tua merupupakan   panutan  seseorang, 
sehingga  bila yang dianut sebagai teladan berbuat yang balk-balk, 
maka si anak yang tengah membentuk  diri pribadinya  akan baikjuga.
Dalarn   lingkungan    sekolah   yang 
menjadi   panutan   utama adalah guru, sementara  itu
ternan-ternan sekolah ikut serta memberikan andilnya. Dalam lingkungan sekolah
tokoh panutan seorang  anak  sudah  memiliki  posisi 
yang  lebih luas dibandingkan   dengan  dalarn 
keluarga. Pembentukan    pri bad i  dalarn  
sekolah   terjadi  pada  masa  anak-anak  
at au  masa   sekolah. Lingkungan  ketiga 
adalah  masyarakat,  yang menjadi  panutan  
bagi  seseorang  adalah  tokoh masyarakat  dengan 
masa setelah anak-anak  menjadi dewasa  atau duduk  di
perguruan  tinggi. Selain  tokoh-tokoh  dalarn  rumah 
tangga,  sekolah  dan  masyarakat  yang merupakan  
person, kepribadian seorang anak juga  memperoleh pengaruh  dari
benda-benda atau peralatan  dalarn lingkungaan  tersebut yang
merupakan  non person. Karena itu dalarn pembentukan  kepribadian
pada  umumnya  anak-anak  kota  lebih trampil 
dibandingkan dengan anak  pedesaan, namun dalam  hubungan 
bermasyarakat  lebih-lebih  yang berjenjang  anak-anak 
dari daerah  pedesaan lebih  unggul. Faktor ketiga yang
menentukan  tingkah laku seseorang  adalah pen gala man  yang
khas yang  pemah  diperoleh.  Baik  pengalaman  pahit
yang  sifatnya  negatif,  maupun  pengalarnan manis 
yang sifatnya positif. Memberikan pada manusia suatu bekal yang selalu
dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum   seseorang mengarnbil
tindakan. Mungkin sekali  bahwa berdasarkan hati  nurani seseorang
mau  menolong   orang  dalarn  kesusahan, tetapi 
karena pemah  memperoleh   pengalarnan  pahit 
waktu  mau  menolong seseorang sebelumnya, maka niat baiknya itu
tertahan, sehingga diurungkan untuk membantu. Belajar hidup dari pengalarnan
inilah  yang  merupakan  pembentukan   budaya 
dalarn diri seseorang.
           
Dalarn prakteknya, dari ketiga faktor diatas. yaitu hereditas, lingkungan, dan
pengalarnan. manakah  yang paling  dominan? Sulit diberikan
jawaban,  karena  ketiga-tiganya  terjalin  erat
sekali. Disarnping   itu ketiga  faktor tersebut dalam membentuk
pribadi seseorang  berbeda kekuatannya dengan
pembentukan pada pribadi lain.
E .Usaha/Perjuangan
Usaha/perjuangan adalah
kerja keras untuk mewujudkan cita-cita, Setiap Manusia harus kerja keras untuk
kelanjutan hidupnya. sebagian kehidupan manusia adalah perjuangan. Perjuangan
untuk hidup merupakan kodrat manusia. Tanpa perjuangan manusia tidak dapat
hidup sempurna. Kerja keras dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun
tenaga/jasmani atau dengan keduanya. Untuk bekerja keras manusia dibatasi oleh
kemampuan, karena kemampuan itulah tingkat kemakmuran manusia berbeda-beda.
F. KEYAKINAN
/ KEPERCAYAAN
           
Keyakinan/kepercayaan
yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuaasaan Tuhan.
Menurut Prof.Dr.HarunNasution, ada tiga aliran filsafat,yaitu aliran
naturalisme, aliran intelektualisme, dan aliran gabungan.
1.    Aliran 
Naturalisme
Hidup
manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi.
Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan. Tetapi bagi yang tidak
percaya pada Tuhan, natur itulah yang tertinggi. Tuhan menciptakan alarn
semesta lengkap dengan hukum-hukumnya. secara mutlak dikuasai Tuhan. Manusia
sebagai mahluk tidak mampu menguasai alarn ini, karena manusia itu lemah.
Manusia hanya dapat berusaha/berencana tetapi Tuhan yang menentukan .
           
Aliran naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak
ada Tuhan. Lalu mana yang benar ? Yang benar adalah keyakinan. Jika kita yakin
Tuhan itu ada, maka kita katakan Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin, dikatakan
Tuhan tidak ada yang ada hanya natur.
           
Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah
mahluk ciptaan Tuhan. Karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan
ajaran-ajaranTuhan yaitu agarna. Ajaran agarna itu ada dua macarn yaitu :
1. Ajaran agarna dogmatis, yang disarnpaikanoleh
Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran agarna yang dogmatis bersifat mutlak
(absolut),terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan Hadist. Sifatnya tetap, tidak
berubah-ubah.
2.Ajaran agarna dari pemuka-pemukaagarna,yaitu
sebagaihasil pemikiranmanusia, sifatnya relatif(terbatas).Ajaranagarnadari
pemuka-pemukaagarnatermasukkebudayaan,terdapat dalarn buku-buku agarna yang
ditulis oleh pemuka-pemuka agarna. Sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan
perkembanganjarnan.
           
Apabila  aliran naturalisme  ini dihubungkan  dengan
pandangan  hidup, maka keyakinan manusia  itu bennula 
dan  Tuhan.Jadi, pandangan  hidup  dilandasi 
oleh  ajaran-ajaran  Tuhan melalui   agamanya Manusia
yakin  bahwa  kebajikan  itu  diridhoi oleh  Tuhan.
pandangan hidup  yang  dilandasi  keyakinan  
bahwa  Tuhanlah  kekuasaan   tertinggi,  
yang  menentukan segala-galanya   disebut  pandangan 
hidup  religius  (keagamaan).
           
Sebaliknya, apabila  manusia  tidak  mengakui  adanya 
Tuhan,  natur  adalah  kekuatan tertinggi,  maka 
keyakinan  itu bermula  dan  kekuatan  natur. 
Pandangan  hidupnya  dilandasi oleh  kekuatan  natur. 
Manusia  yakin  bahwa  kebajikan  adalah  kebajikan 
natur.  Pandangan hidup  yang  dilandasi  oleh 
kekuatan  natur  sifatnya  atheisme.  Ini disebut 
pandangan   hidup komunis.
2.       Aliran 
intelektualisme
           
Dasar aliran ini adalah logika / akal. Manusia mengutamakan  akal. Dengan
akal manusia berpikir.  Mana  yang  benar  menu rut
akal  itulah  yang  baik,  walaupun 
bertentangan   dengan kekuatan  hati nurani.  Manusia 
yakin bahwa dengan kekuatan  pikir (akal) kebajikan  itu dapat
dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan teknologi.  Teknologi adalah
a1at bantu mencapai kebajikan  yang  maksimal,  walaupun 
mungkin  teknologi  memberi  akibat  yang 
bertentangan dengan  hati nurani.
           
Akal berasal  dan  bahasa  Arab,  artinya kalbu,  yang
berpusat  di hati,  sehingga  timbul istilah “hati
nurani”,  artinya daya rasa  Di Barat hati nurani ini menipis,
justru  yang menonjol adalah  akal yaitu logika  berpikir, 
Karena  itu aliran ini banyak  dianut  di kalangan 
Barat  di Timur  orang  mengutamakan   hati
nurani,yang  baik menurut  akal belurn  tentu  baik 
menurut hati nurani.
           
Apabila  aliran ini dihubungkan  dengan pandangan  hidup, maka
keyakinan  manusia  ito bennula  dan akal. Jadi pandangan hidup
ini dilandasi oleh keyakinan kebenaran  yang diterima akal.  Benar 
menurut  akal itulah  yang  baik. Manusia  yakin 
bahwa  kebajikan  hanya  dapat diperoleh  dengan akal (ilmu
dan teknologi). Pandangan hidup ini disebut llberalisme.Kebebasan akal 
menimbulkan    kebebasan   bertingkah  
laku  dan  berbuat, walaupun   tingkah  
laku  dan perbuatan  itu bertentangan  dengan hati nurani.
Kebebasan  akallebih ditekankan  pada setiap individu. karena 
itu individu yang berakal (berilmu dan berteknologi  tinggi) dapat
menguasai individu  yang  berpikir  rendah  (bodoh).
3.       Aliran  Gabungan
Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal.
kekuatan gaib aninya  kelruatan yang berasal  dan  Tuhan, 
percaya  adanya Tuhan  sebagai dasar keyakinan.  Sedangkan 
aka! adalah dasar kebudayaan,   yang menentukan  benar 
tidaknya  sesuato.  Segala  sesuatu  dinilai  dengan
akal,  baik sebagai  logika  berpikir  maupun 
sebagai  rasa (hati nurani).  Jadi,  apa yang benac
menurut  logika  berpikir juga  dapat diterima  oleh hati
nurani.
           
Apabila aliran ini dihubungkan  dengan pandangan hidup, maka akan timbul
dua kemungkinan  pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih berat
didasarlcan pada logika berpildr, sedangkan  hati nurani 
dinomor  duakan,  kekuatan  gaib dari Tuhan  diakui 
adanya  tetapi tidak menentukan, dan logika berpikir tidak
ditekankan  pada logika berpikir individu, melainkan logika berpikir
kolektif (masyarakat),  pandangan hidup ini disebut sosialisme.
           
Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal, kedua-duanya
mendasari keyakinan secara berimbang, akal dalam arti baik sebagai logika
berpikir maupun sebagai daya rasa (hati nurani), logika berpikir baik secara
individual maupun secara kolektif pandangan hidup ini disebut sosialime –
religius. Kebajikan yang dikehendaki  adalah kebajikan menurut logika
berpikir dan dapat diterima oleh hati nurani, semuanya itu berkat karunia
Tuhan.
           
Apabila kita kaji maka antara dua pandangan hidup ini terdapat perbedaan pokok.
Pandangan  hidup sosialisme menekankan pada logika berpikir kolektif,
sedangkan  pandangan hidup sosialisme religius menenkankan pada logika
berpikir kolektif individual.Pandangan hidup sosialisme mengutamakan 
logika berpikir dari pada hati nurani, sedangkan sosialisme religius
mengutamakan kedua-duanya logika berpikir dan hati nurani. Pandangan hidup
sosialisme tidak begitu menghiraukan kekuasaan Tuhan, sebaliknya sosialisme
religius kekuasaan Tuhan begitu menentukan.
G. LANGKAH-LANGKAH 
BERPANDANGAN HIDUP YANG BAlK
            Manusia pasti
mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita
memeperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada
yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada
pula yang memperlakukaan sebagai penimbul kesejahteraan,  ketentraman dan
sebagainya.
           
Akan tetapi yang terpenting, kita seharusnya rnernpunyai langkah-langkah 
berpandangan hidup ini. Karena hanya dengan rnernpunyai langkah-langkah 
itulah kita dapat memperlakukan pandangan  hidup  sebagai 
sarana mcncapai tujuan dan  cita-cita dengan  baik.  Adapun
langkah-langkah itu sebagai berikut :
1.      Mengenal
           
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi rnanusia yaitu rnerupakan  tahap
pertarna dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam jal ini rnengenal apa itu pandangan 
hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa sctiap manusia itu pasti rnernpunyai
pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak
rnanusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia itu bel urn turun ke
dunia. Adam dan hawalah dalam hal ini yang merupakan manusia pertama, dan
berarti pula mereka rnernpunyai  pandangan hidup yang digunakan sebagai
pedoman dan yang rnernberi petunjuk kepada mereka.
           
Sedangkan kita sebagai mahluk yang bernegara dan atau beragama pasti mempunyai
pandangan hidup juga dalam beragama, khususnya  Islam, kita
rnernpunyai  pandangan hidup yaitu AI-Qur’an, Hadist dan ijmak Ulama, yang
rnerupakan satu kesatuan dan lidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lainnya.
2.      Mengerti
           
Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini
dimaksudkan   mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila
dalam bernegara kita berpandangan  pada Pancasila, maka dalam berpandangan
hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti apa  Pancasila 
dan  bagaimana  mengatur  kehidupan bernegara. 
Begitu  juga  bagai yang  berpandangan hidup pada agama
Islam.  Hendaknya  kita mengerti apa itu Al-Qur’an, Hadist dan ijmak
itu dan bagaimana  ketiganya  itu mengatur kehidupan  baik di
dunia maupun di akherat Selain itu juga kita mengerti untuk apa dan dari mana
Al Qur’an, hadist, dan ijmak itu. Sehingga dengan demikian 
mempunyai  suatu konsep pengertian tentang pandangan  hidup
dalam  Agama  Islam.
Mengerti  terhadap pandangan  hidup di
sini memegang  peranan penting. Karena dengan mengerti,  ada
kecenderungan   mengikuti  apa yang terdapat  dalam 
pandangan  hidup  itu.
3.      Menghayati
           
Langkah  selanjutnya  setelah mengerti pandangan  hidup adalah
menghayati  pandangan hidup  itu. Dengan  menghayati 
pandangan  hidup kita memperoleh  gambaran  yang  tepat dan
benar  mengenai  kebenaran pandangan  hdiup  itu sendiri.
           
Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung
didalanmya, yaitu  dengan  memperluas dan memperdalam pengetahuan
mengenai  pandangan  hidup itu sendiri. Langkah-langkah  
yang  dapat  ditempuh  dalam  rangka  menghayati
 ini, menganalisa hal-hal  yang  berhubungan  dengan 
pandangan  hidup,  bertanya  kepada  orang  yang 
dianggap lebih tabu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu
atau mengenai pandangan hidup itu  sendiri. Jadi dengan menghayati 
pandangan hid up kita akan memperoleh  mengenai kebenaran 
tentang  pandangan  hidup  itu sendiri.
           
Yang  perIu  diingat  dalam  langkah  mengerti 
dan  menghayati  pandangan   hidup  itu, yaitu 
harus  ada.  Sikap  penerimaan  terhadap pandangan hidup
itu sendiri. Dalam sikap penerimaan   pandangan  hidup 
ini  ada  dua  altematif  yaitu 
penerimaan   secara   ikhlas  dan penerimaaan 
secara  tidak  ikhlas.
           
Dengan kata lain langkah mengenai mengerti dan menghayati  ini ada sikap
penerimaan dan hal lain merupakan  langkah  yang menentukan 
terhadap langkah  selanjutnya.  Bila dalarn mengerti  dan
menghayati ini ada penerimaan secara ikhlas,maka langkah selanjutnya akan
memperkuat  keyakinannya.  Akan  tetapi bila sebaliknya 
langkah  selanjutnya  tidak  berguna.
4.      Meyakini
           
Setelah mengetahui  kebenaran dan validitas, baik secara kemanusiaan, 
maupun  ditinjau dan  segi  kemasyarakatan  maupun 
negara  dan dari  kehidupan  di akherat,  maka 
hendaknya kita meyakini  pandangan  hidup  yang telah kita
hayati itu. Meyakini  ini merupakan  suatu hal untuk cenderung 
memperoleh  suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
           
Dengan  meyakini   berarti   secara 
langsung   ada  penerimaan yang  ikhlas  
terhadap pandangan   hidup  itu.  Adanya  sikap 
menerima  secara  ikhlas  ini maka  ada  kecenderungan
untuk selalu berpedoman kepadanya dalam segala tingkah laku dan tindak
tanduknya selalu dipengaruhi oleh pandangan hidup yang diyakininya. Dalam
meyakini ini   penting juga adanya iman yang teguh. Sebab dengan iman
yang teguh ini dia tak akan terpengaruh oleh pengaruh dari luar dirinya yang
menyebabkan  dirinya tersugesti.
Contoh bahwa keyakinan itu penting dalam tingkah
laku. Kita sebagai umat yang beragama Islam yakin bahwa Allah itu mempunyai
sifat yang malla dari segala yang diantaranya adalah maha mengetahui. Sifat
maha mengetahui ini membuat orang yang meyakininya selalu berbuat baik, 
Dalam hal ini adalah keyakinan yang sebenar-benamya. Akan tetapi dalam kasus
tertentu ada pula orang yang walaupun meyakini, tetapi karena imannya tipis
maka terpaksa melanggar ketentuannya.
5.      Mengabdi
           
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini
sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh
orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya Sedangkan
perwujudan manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan
manfaat itu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup dan atau sesudah
meninggal yaitu di alam akherat.
           
Dampak berpandangan  hidup Islam yang antara lain yaitu mengabdi kepada
orang tua (kedua orang tua). Dalam mengabdi kepada orang tua bila didasari oelh
pandangan hidup Islam maka akan cenderung untuk selalu disertai dengan ketaatan
dalam mengikuti segala perintahnya.  Setidak-tidaknya  kita menyadari
bahwa kita sudah selayaknya mengabdi kepada orang tua. Karena kita dahulu yaitu
dari bayi sampai dapat berdiri sendiri tokh diasuhnya dan juga kita dididik
kepada hal yang baik.
           
Oleh karena itu seharusnya mengabdi kepada orang tua kita  dengan perwujudannya
yang berupa perbuatan yang menyenangkan hatinya, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Artinya apapun yang menjadi hambatan dan tantangan kita
untuk tidak mengabdi kepadanya harus selalu ditumbangkan.
           
Jadi jika kita sudah mengenal, mengerti, menghayati,  dan meyakini
pandangan hidup ini, maka selayaknya disertai dengan pengabdian.  Dan
pengabdian ini hendaknya dijadikan pakaian, baik dalam waktu  tentram
Iebih-lebih  bila menghadapi hambatan, tantangan dan sebagainya.
6.      Mengamankan
           
Mungkin sudah merupakan sifat manusia bahwa bila sudah mengabdikan diri pada
suatu pandangan hidup lalu ada orang lain yang mengganggu  dan atau
mayalahkannya  tentu dia tidak menerima dan bahkan cenderung untuk
mengadakan perlawanan. Hal ini karena kemungkinan  merasakan 
bahwa  dalam berpandangan hidup  itu dia  telah  mengikuti
langkah-langkah sebelumnya dan langkah-langkah  yang ditempuhnya itu telah
dibuktikan kebenarannya sehingga akibatnya bila ada orang lain yang
mengganggunya rnaka dia pasti akan mengadakan suatu respon entah respon itu
berwujud tindakan atau lainnya.
           
Proses  mengamankan ini merupakan langkah terakhir.Tidakmungkin atau
sedikit kemungkinan  bila belum mendalami  langkah sebelumnya 
lalu akan ada proses mengamankan ini. Langkah yang  terakhir  ini
merupakan  langkah  terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang
teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan
hidup  itu.
           
Misalnya seorang yang beragama Islam dan berpegang teguh kepada  pandangan
hidupnyaa,lalu suatu  ketika  dia dicela baik secara langsung 
ataupun  secara  tidak  langsung, maka jelas  dia 
tidak  menerima  celaan  itu. Bahkan  bila ada orang 
yang  ingin  merusak  atau bahkan  ingin 
memusnahkan   agama  Islam baik terang-terangan  
ataupun   secara  diam-diam, sudah  tentu  dan 
sudah  selayaknya  kita mengadakan  tindakan
 terhadap  segala  sesuatu  yang menjadi  pengganggu.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pandangan hidup merupakan bagaimana manusia memandang
kehidupannya. Setiap orang memiliki pandangan hidup yang berdeda-beda dan
melahirkan suatu paham. Wujud pandangan hidup manusia berkaitan dengan
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita merupakan pandangan hidup di
masa yang akan datang. kebajikan secara nyata dan dapat dirasakan melalui
tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan
kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan
dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap
orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan
tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan,
manusia harus memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan
dalam memasyarakat menjadi tenang dan tentram.
DAFTAR
PUSTAKA
Muchji Achmad dan Nugroho
Widyo.1996 Ilmu Budaya Dasar. Seri Diktat Kuliah Universitas Gunadarma. depok

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar